Selasa, 16 Agustus 2011

Ingin ketemu Ronaldo

Jefri, seorang anak kecil lugu dari betawi yang sangat mengidolakan Cristiano Ronaldo pemain Real Madrid. Suatu hari di dapur rumahnya
"Nyak!!!" teriak Jefri
"Apaan Jef, kaga' tau nyak repot, lu itu ngertiin dikit aje ame nyak!"
"Nyak :( "
"Ape?"
"Nyak!"
"Apaan?"
"Aye"
"Kenapa?"
"Kangen"
"Kangen siape Jef?" nyak penasaran
"Ronaldo"
"Ya ampun Jef, nyak udah bilang berape kali, kenape lu sebut sebut nama tu u\orang, tu babe lu, pemain bola Jef, keren mainnye!"
"yah, nyak, itu kan kampung"
"Jef, walaupun kampung, tapi babe lu, uuuuhhhh . . . . te o pe dah!"
"kaga' masih keren Ronaldo"
meninggalkan nyak
"eeehh, ni anak di bilangin"
Jefri pun keluar rumah untuk bermain bola dengan teman-temannya
"jef, mana poster ronaldo nya?" gak sabar nih si Jono
"kaga' ada kan? lu aja di percaye" Deri mulai kesal
"Aaah, tau', yang penting sekarang kite mainin ni bola"
Maghrib pun tiba, Jefri dkk. pulang. Jefri pun mandi, wudlu, berpakaian, dan kemudian menunaikan ibadah sholat maghrib. Setelah itu, baru makan. Saat enak-enaknya makan, ada iklan ti televisi yang berkaitan dengan Ronaldo
Pemirsa, ikuti jumpa fans Cristiano Ronaldo di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, ikuti foto bersama, dinner, dan shopping, daftarkan diri anda SEGERA! di Ibu Siti (021-79187686) Senayan, paling lambat 25 Maret, dan akan dilaksanakan 27 Maret!
Jefri tercengang liat iklan itu. Ia pun bingung sendiri karena banyak kata yang tidak ia tau maksudnya. Ia pun pergi meninggalkan makanannya dan bahkan ia gak pamit. Ia pun pergi ke rumah Endah, yang alay alay gimana . . . . gitu. Jefri pun ke sana, ternyata Endah ada di depan rumah sama Enci.
"Halo ncut" ncut merupakan ejekan untuk Endah
"Nama gue Endah!"
"He . . . he . . . maaf neng"
"Paan lu ke sini?"
"Cut, gue tanya, ini yang gue tulis di kertas artinya ape?"
"Oh, bentar ya, 5 menit aje"
"Sststtststst . . . apaan?" Enci mulai curiga
"Udah, ntar gue ceritain"
"Udah?" tanya Jefri
"Nih" sambil menyerahkan
"Ok, makasih cut, gue cabut dulu"
"Ok"
Jef di tengah jalan sambil membaca, bergumam sendiri
"Oh, ni artinye, aye mah bisa ikut ni acara, tapi, ape nyak ngijinin ye?"
Jef pun pulang
"Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumsalam!" sahut babe
"Eh, bocah dari mane aje lu, kaga' pamit, main nyelonong pergi" babe frustasi
"maap be, aye dari rumah Endah"
"pacaran lagi kan lu?"
"kaga' be, sumpah"
"alasan mulu' sekarang lu belajar, ayo cepet"
"iye be iye"
saat akan ke kamar, tiba-tiba
"dari mane aje lu?" nyak juga mulai frustasi
"nyak, aye . . . "
"nyak tau, nyak tau, sekarang lu belajar"
"I i i i i" jef bingung dan takut
"iye, udah cept masuk, belajar"
Saat di kamar Jef merenung
"nyak tumben sabar, wah ni pasti ni"
Jef yakin ada sesuatu.
Kini sudah larut malam, terlihat Jef sudah tertidur pulas di antara tumpukan buku.
"Yeeeeeeeeee!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! JEFRI JEFRI JEFRI!" terdengar sorakan dari teman teman Jefri
"Eh, ngapain lu pade?" tanya Jef karena dia bingung ada apa di rumahnya
"di dalem ada Ronaldo Jef, cepet masuk"
"eh iya? gue masuk duluan ye"
Jefri langsung saja masuk ke dalam
"Nyak? Babe? Ronaldo?"
"Tuh, Ronaldo, itu yang namanya Jefri, Jefri bin Kodrat"
Ronaldo hanya tersenyum, entah itu mengerti, atau tidak sama sekali.
Jefri masih tercengan dan tidak sadarkan diri, bukan pingsan, tapi ngelamun gitu.
"Jef" teriak mak lembut
"Jefri!" lagi agak keras
"Jefri bin Kodrat, anaknye bang Kodrat Sutemi, juara bola di kampung Betawi, cepet bangun!!!" teriak nyak se-keras-kerasnya.
"Wa! apaan!" sontak, Jefri kaget karena di bangunkan nyak
"lu ngimpi ape?" nyak tanya dg sinis
"mmmmmm . . . " jef bingung
"ape?"
"lupe nyak, hehe, aye mandi dulu, daa!" jef langsung saja lari
"masyaallah . . . "
Karena hari ini hari Minggu, Jef hanya duduk-duduk di gubuk bang Sued. Rupanya, dia merenungkan mimpinya.
"ape bisa, aye ketemu Ronaldo?"
EH JEF, PESEN DARI NI PENULIS CERPEN, KERJA DULU, BAHAGIAIN NYAK BABE, BARU LU KETEMU RONALDO!

Senin, 15 Agustus 2011

Cerpen menurut para ahli


1. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
2. A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
3. Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.
sumber : http://nepastasocialcomunit.blogspot.com/2009/04/pengertian-cerpen-dan-unsurnya.html?zx=bc776dfccaa8e95f
DENGAN BEBERAPA PENGUBAHAN

Minggu, 14 Agustus 2011

HE’S A CAT!


      Kisah ini menecritakan Michi ko yang sehari-hari bersekolah di SMU-A di Osaka. Dia memiliki pekerjaan sampingan yaitu, berdagang ramene. Dia itu merupakan gadis yang sangat tomboy. Tapi, kecantikannya tidak menghilangkan wataknya sebagai perempuan asli. Jadi, banyak juga cowok yang naksir Michi (nama panggilannya sehari-hari).
                Tepat hari Minggu pukul 08:00
                “Ibu!” teriak Michi dari kamar
                “Kesinilah, ibu di dapur!”
                Michi pun menuju dapur untuk menemui ibunya.
                “Bu, rumah sebelah ada yang menempati ya?”
                “Kamu tidak salah lihat Michi?rumah itu kan sudah kosong sejak 5 tahun yang lalu”
                “Yah . . . ibu, lihat dulu deh”
                “Iya ya, sebentar akan ibu buatkan ramene”
                “Lalu?” Tanya Michi
                “Ya kamu yang antarkan untuk tetangga baru!”
                “Yah, ibu, aku kan ngantuk”
                “Nanti saja tidurnya!” bentak ibu
                “Baiklah!”
                5 menit kemudian
                “Permisi!” teriak Michi dari luar
                “Iya, sebentar”
                “Selamat datang di kompleks kami, ini ada sedikit hadiah dari kami, nih terima”
               
                “Siapa kau?” jawab Kin dengan nada sombong
                “Oh, tetangga sebelah”
                “Nama mu?”
                “Nama ku Michi ko, bisa di panggil Michi, kau?”
                “Kin, Kin Nao”
                “Oh, baiklah maaf mengganggu, aku pulang dulu”
                Tanpa mengabaikan pamitan Michi, Kin langsung saja masuk ke dalam rumah. Tapi, satu hal yang mengejutkan, Michi mengomel, baru kali ini dia mengomel.
                “Ibu!!!!!!!!!”
                “Apa lagi Michi?”
                “Bu, dasar sudah orang baru, sombong lagi, ayo bu pindah rumah”
                “Hei, kamu bicara apa Michi?dasar anak aneh, wajar kalau dia begitu, dia kan orang baru, mungkin belum tau sikap warga di sini yang ramah, iya kan?”jelas ibu meyakinkan
                Michi hanya tertunduk dan diam. Dia pun langsung masuk ke kamar dan melanjutkan omelannya.
                Ternyata, dia malah curhat dengan kucing kesayangannya, Hisashi yang berkelamin laki-laki.
                “Hisa L aku sedih, baru kali ini ada orang yang cuek, kau pasti juga sedih bila jadi aku, ya kan?”
                Nama nya juga hewan, mau di apa apakan tetap juga diam, Hisa hanya me-ngeong saja.
               



                 Desa Akako, pukul 19:00
                Tok tok tok. Terdengar suara ketokan pintu dari luar rumah Michi. Michi pun keluar kamar dan membukakan pintu.
                “Iya, sebentar”
                “Hai”
                Ternyata Kin yang bertamu ke rumah Michi. Michi terkejut karena pertama kalinya dia menerima tamu seorang cowok!
                “Siapa Michi?” teriak ibu dari dapur
                “Tetangga sebelah!” sahut Michi
                “Eh, iya silahkan masuk” suruh Michi kepada Kin
                Kin hanya terdiam sambil merunduk
                “Hei, Kin!” teriak Michi
                “Eh iya!” sontak, Kin kaget
                “Masuklah, ayo duduk, biar ku buatkan teh”
                “Tidak usah, aku hanya sebentar”
                “Baiklah, kau mau bicara apa?”
                “Emm . . . begini, kau sekolah di mana?”
                Michi bingung, kenapa Kin bertanya begitu? Apa dia mau sekolah dengan Michi?
                “Aku sekolah di SMU-A”
                “Ikut aku!”
                “Ke mana?” Tanya Michi bingung
                “Sudahlah”
                Ternyata Michi di bawa ke rumah Kin. Kin pun, mengambil teleponnya, dan menyuruh Michi menerima telpon
                “Ini siapa Kin?”

                “Sudahlah, bicara saja”
                “Halo?”
                Suaranya wanita, sangat lembut, mungkin itu ibu Kin.
                “Halo, siapa ini?” Tanya Michi penasaran
                “Saya ibunya Kin, kamu Michi ya?teman Kin?”
                “Iya bibi, saya Michi, ada apa?”
                “Kin itu ingin segera sekolah, tolong ya daftarkan dia di SMU mu, agar dia bisa cepat bekerja, tolong ya, bisa kan Michi?”
                “I . . . iya bibi”
                “Baiklah, terimakasih Michi, semoga kamu berjodoh dengan anakku”
                Michi hanya terdiam, apa maksudnya berjodoh? Berjodoh untuk teman atau sebaliknya?
                “Bagaimana Michi, bisa kan?”
                “Bisa Kin, besok kau ikut aku sekolah ya, pukul 6 tepat kau akan ku jemput”
                “Baiklah, aku janji”
                Ternyata, Kin yang selama ini di kira anak sombong, cuek, dan sebagainya, ternyata dia baik juga, ramah pula. Apa bisa Michi berteman baik dengan Kin?
                Esoknya, pukul 6 tepat, sesuai janji, Michi menghampiri Kin
                “Kin!” teriak Michi dari luar rumah Kin
                Berkali-kali Michi berteriak, namun belum ada jawaban. Michi nekat menerobos pagar Kin, dan mengetuk pintu Kin.


                2 menit kemudian, keluarlah Kin
                “Apa?”
                “Ha?katanya kau mau sekolah?kenapa baru bangun?ayo cepat mandi!!!!!!” omel Michi
                “Eh, ini Senin ya?aku lupa Michi maaf, sebentar sebentar, masuklah dulu!”
                Michi pun masuk ke rumah Kin, ia lihat rumah yang sangat sangat kotor. Banyak barang berserakan di mana-mana. Tapi, sifat cuek Michi membuatnya tidak peduli dengan sekitarnya.
                Apa boleh buat, Michi harus menunggu Kin sarapan. Akhirnya, Michi telat. Sekolah di mulai pukul 7. Tapi mereka berangkat pukul 08:30.
                Di jalan, Kin di omeli Michi
                “Kin, kau ini bisa tidak untuk bangun pagi?”
                “Tapi aku kan cowok?”          
                “Apa hubungannya?”
                “Ada dong, aku kan cowok sementara kamu cewek, nah kalau cowok bangun pagi itu, berarti dia mau bersih-bersih rumah, sedangkan bersih-bersih rumah itu pekerjaan cewek!” jelas Kin dengan santai nya
                “Ha?kan belum tentu, di desa ini, bersih bersih hanya di lakukan pad hari Minggu saja.”
                “Oh . . . begitu”
                “Terserah kau saja, ini baru pertama jadi ku maafkan, untuk selanjutnya jangan di ulangi”
                “Iya iya”
                Sesampai di sekolah, Michi dan Kin lapor ke pak satpam dahulu.
                “Maaf pak kami terlambat, tadi adik teman saya ini kecelakaan, jadi kami terpaksa mengobatinya dulu”

                “Eh! Memang aku punya adik?”
                “Diamlah Kin!”
                “Baik, silahkan masuk, ini anak baru ya?”
                “Iya pak, aku mau mendaftarkannya dulu, dia tetangga sekaligus teman baru saya, terimakasih ya pak”
                “Eh . .  begitu, baiklah, sama-sama”
                Kin dan Michi pun menuju ruang Kepala sekolah, di sana, Michi akan mendaftarkan Kin dan Kin bisa langsung masuk sekolah.
                “Pak Chiyo” sapa Michi
                “Iya Michi, silahkan duduk, ada apa?”
                “Ini pak, saya punya teman baru, dan dia mau mendaftar di sekolah ini pak”
                “Kebetulan sekali, ada banku kosong, kamu bisa langsung sekolah besok, untuk seragam nanti saat istirahat supaya di ambilkan Michi, bisa kan?”
                “Tentu pak” jawab Michi
                “Terimakasih pak, anda memang guru yang baik!” puji Kin sambil mencium tangan Pak Chiyo
                “Terimakasih Pak, maaf mengganggu, saya ke kelas dulu”
                “Iya, iya silahkan”
                Sesampai di kelas, ada Bu Emiko sedang mengajar Sejarah. Dia memang terkenal keras dan disiplin tinggi. Jelas, Michi ketakutan.
                “Masuk!” teriak bu Emiko dari dalam kelas
                “Maaf bu saya terlambat, tadi saudara saya ada yang kecelakaan jadi saya harus mengobati, maaf bu”
                “Ya sudahlah, besok jangan di ulangi lagi, sekarang duduk”
               
                Kin hanya menunggu di kantin sekolah. Saat bel istirahat, Michi segera berlari menuju kantin. Tapi, tiba tiba
                “Hei, anak baru ya? Atau jangan-jangan kamu pembantu baru di sini?”
                Itu adalah Fujiwara anak terpopuler dari semua cewek di SMU-A. Dia kaya, tapi tidak terlalu pandai, sombong sih dia nomor satu. Aku jadi kasihan dengan Michi.
                Michi takut akan kedatangannya membuat Fuji marah besar dan menjadikan pertengkaran dengannya. Akhirnya Michi berlari menuju ruang guru dan menemui bu Emiko wali kelas Michi
                “Permisi bu,”
                “Iya Michi, ada apa?”
                “Bu, ada murid baru, dan kata Pak Chiyo saya di suruh mengambilkan seragamnya, dia cowok”
                “Mana anaknya?”
                Michi kebingungan, harus bagaimana dia. Sementara, Kin masih di kantin.
                Tanpa rasa ketakutan, Michi berlari menuju kantin tanpa memerdulikan bu Emiko
                “Kin!”
                “Michi J” sahut Kin dengan perasaan senang
                “Kin, ayo ikut aku”
                “Mau kau bawa ke mana anak ini? Dia masih masa orientasi dengan ku” jawab Fuji dengan nada sinis
                “Fuji, kalau kau begitu pulang sekolah ku tunggu di koridor selatan, berani?”
                “Oh, kau menantangku, baiklah, aku datang, nih bawa saja anak ini kemanapun kau mau”


                Michi langsung saja menyeret Kin dari hadapan Fuji dan Kin hanya kebingungan dengan sifat Michi yang kelihatannya marah besar
                “Kau marah Michi?” Tanya Kin dengan wajah penuh harapan
                “Tidak” michi hanya menjawab dengan singkat tanpa melihat Kin
                “Kau bohong!”
                Michi langsung menghadap Kin. Tentu saja Michi marah karena dia di tuduh bohong
                “Siapa yang bohong, sekarang kau ikut aku ke bu Emiko, dia wali kelas kita, aku akan memintakan seragam untukmu. Buat apa aku marah? Aku marah sekarang ini juga karena kau Kin”
                Kin hanya diam tertunduk. Michi dan Kin segera menuju ruang guru dan menemui bu Emiko
                “Permisi bu”
                “Ini anak baru nya?”
                “Iya bu, saya mau mengambilkan seragam untuknya,”
                “Sebentar biar dia memperkenalkan diri,”
                Michi mundur 3 langkah dan membiarkan Kin bicara pada bu Emiko
                5 menit kemudian
                Masa perkenalan sudah selesai. Michi di suruh bu Emiko untuk mengambilkan sergam berukuran 40
                “Berikan pada Kin dan kalian bisa pulang, sekarang, karena bel sudah berbunyi”
                “Baik, terimakasih bu” jawab Michi


                “Kau pulang saja duluan, aku mau ambil tas, nanti aku menyusul” suruh Michi kepada Kin
                “Ba . . . . . . baiklah”
                Kin langsung berlari sambil membawa seragam. Di depan gerbang ia bertemu Fuji lagi
                “Hai, anak baru”
                “Fu . . . . fu  . . . . fuji!!!! Mau apalagi kau?”
                “Tenang tidak ada apa-apa, aku hanya mau memastikan kedatangan Michi”
                “Dia sudah pulang, sebaiknya kau pergi Fuji!”
                “Kalau dia sudah pulang berarti aku harus apakan kau ya?”
                “Tidak! Berhenti!”
                Terdengar teriakan Michi dari belakang
                “Michi?” tengok Fuji keheranan
                “Sejak kapan kau di situ?” Tanya Fuji keheranan
                “Sejak kapan? Kau tak perlu tau Fuji, biarkan aku dan Kin pulang”
                “Pulang? Enak sekali bicara mu. Kau itu punya janji denganku, dasar pembohong”
                “Terserah, yang penting aku dan Kin mau pulang”
                Kin pun lari tanpa sepengetahuan Fuji. Fuji yang sedang di bakar amarah tidak tau jika Michi juga ikut-ikutan lari.
                Tapi, saat Michi bertemu Kin di tengah jalan, dia langsung saja lari tanpa meperdulikan Kin. Rupanya, Michi menangis
                “Michi! Kenapa kau?” teriak Kin
                Tapi saying, Michi tidak memperdulikan

                Hisa, kucing Michi sudah menunggu di pagar rumah Michi sambil mengeong.
                “Hisa, ayo masuk!”
                Hisa tidak memerdulikan Michi. Tiba-tiba saja      Hisa berlari menuju Kin.
                “Hisa!!!!!!” teriak Michi
                Tapi, siapa yang peduli? Michi langsung saja berlari ke kamar dengan sejuta air mata.
                “Aku bodoh aku bodoh aku bodoh, kenapa Kin ku marahi, mungkin dia marah besar pada ku”
                Tiba-tiba saja, handphone Michi berbunyi. Rupanya, ada pesan dari Kin
                “Maaf”
                                                Monday, 9th August 2009
                                                                01:00 p.m.
                Itulah pesan singkat dari Kin untuk Michi. Michi hanya terdiam dan tidak tahu apa maksudnya.
                Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Tapi, kenapa Hisa belum juga pulang? Masa’ dia betah di rumah Kin? Michi pun segera menuju rumah Kin
                “Kin!”
                “Michi? Ada apa?”
                “Mana Hisa?”
                “Itu, sedang makan”
                “Kau beri apa?”
                “BBQ, kenapa?”
                “Wah, gawat nanti dia bisa diare. Hisa hanya suka makanan kucing kalengan”
               

“Eh bukannya nanti dia bosan dengan makanan seperti itu?”
“Kau ini tau apa, ini kucing ku, sudah aku mau pulang, Hisa ayo pulang”
Hisa langsung membuntut Michi. Kin hanya terdiam, mungkin Michi masih marah.
Desa Akako 20:00
Kin keluar menaiki sepeda nya untuk membeli makanan. Dia sudah mengajak Michi dan memohon berkali-kali, tapi Michi menolak. Yah, apa boleh buat, Kin harus keluar sendiri.
15 menit kemudian
Kin sampai di gang Nakamura, yang merupakan gang deretan rumahnya. Saat itu memang malam yang gelap. Tidak ada bintang yang mucul ataupun bulan. Tiba-tiba saja saat Kin lagi santai santainya mengayuh sepeda ada kucing yang di tabraknya. Anehnya, Kin terpental dari sepeda dan jatuh menimpa si kucing. Ternyata kucing itu adalah Hisa.
Setelah 5 menit tidak sadarkan diri, akhirnya mereka terbangun. Tapi, Kin jadi agak aneh. Dia tidak bisa bicara dan dia mulai merasa bodoh.
Sedangkan Hisa, dia mulai seperti manusia dan tidak bisa mengeong. Rupanya, arwah mereka tertukar saat tabrakan tadi.
“Hisa, pus! Kemarilah”
Rupa nya, Hisa sudah berjalan ke kamar Michi dan menuju ke Michi.
“Eh, apa ini, seperti ada yang narik, aduh, eh bagaimana ini?” bisik roh Kin dari dalam tubuh Hisa




“Hisa, makan ya”
“Yakk . . tidak enak!” Hisa langsung memuntahkan makanannya
“Hisa, kenapa kau ini”
Hisa kemudian lari dan ternyata menuju ke sebuah cermin di dapur
“Tidak, ini tidak mungkin, aku seekor kucing? Bagaimana ini? Ibu, ayah, Michi, tolong aku!!”
Dari dalam kamar Michi hanya mengomel
“Yah, baiklah kalau Hisa tidak mau makan ini, ku simpan saja, ku tinggal tidur kamu Hisa, huh dasar kucing aneh,”
Esoknya, di dapati Hisa minum air
“Ibu!” teriak Michi
“Apa?”
“Lihat, jarang-jarang Hisa minum air, biasanya kan susu. Kemarin saja dia memuntahkan makanannya. Eh eh, dia makan nasi bu”
“Biarkan saja, mungkin dia bosan dengan makanannya”
“Yah, ibu”
Ibu pun pergi meninggalkan Michi di dapur
“Hisa”
Tiba-tiba saja Michi punya ide. Dia menuju ke rumah Kin
“Kin, loh pintunya ko’ terbuka?”
Akhirnya Michi langsung masuk saja
“Kin”


Di cari Kin di kamar, namun tidak ketemu
“Eh, suara apa itu? Suaranya dari dapur”
“Meong!”
“Kin?”
Ternyata Kin ada di dapur seperti mencari-cari makanan
“Kin, kenapa kau?”
“Meong”
“Kin, kau ini bercanda ya?”
“Meong”
“Kin, eh jangan jangan arwahnya tertukar dengan Hisa”
Akhirnya, saat cuaca panaspun, Michi nekat keluar ke toko buku untuk mencari buku mantra.
“Nah, ini dia ketemu”
Michi langsung menuju ke kasir
“Ini, aku beli yang ini”
Akhirnya Michi pulang dan langsung membaca buku tersebut di kamar sambil memangku Hisa
“Eh, ternyata di saying Michi itu enak juga ya, andaikan itu di kenyataan, pasti aku senang”
“Ini, dia! Mantra untuk mengembalikan arwah seseorang yang tertukar!”
Ciumlah salah satu arwah yang tertukar. Ucapkan mantra 10 kali dan biarkan mantra itu bereaksi.
Dengan perasaan takut dan malu, Michi mencium Hisa yang di dalamnya adalah roh Kin


Kemudian ia ucapkan mantranya
Anata no karada no genten ni modori, soshite anata ga banpu ya kisunara modotte kuru
Mantra itu langsung bereaksi dan
“Meong!”
“Hisa! Kau kembali!”
Kemudian Hisa di beri makan dan akhirnya tidur. Michi pun menuju ke rumah Kin
“Kin!”
“Michi!”
Kin langsung saja memeluk Michi
“Hei, bagaimana berada di tubuh kucing?”
“Asyik, karena aku bisa merasakan kasih saying mu”
“Maksudnya?”
“Besok, ku tunggu kau di sekolah jam delapan di tengah halaman, sana pulanglah, persiapkan dirimu”
“Biaiklah”
Esok hari
“Kin!”
“Michi, kemariah”
“Apa ini?”
“Buka saja”
Di bukalah sebuah bingkisan dari Kin
Aku mencintaimu



Plak!!
“Tidak akan bisa!”
“Maksudnya?” Tanya Kin agak kecewa
“Aku .  . . . aku . . . aku tidak akan bisa menolak, aku jawab aku juga mencintaimu J
Hidup ini seperti kucing. Ingin sesuatu pasti mengeong. Ku tulis cerpen ini karena aku suka kucing, seperti aku menyayangi orang-orang terdekatku J

SELEMBAR KERTAS HINA


HINA
Aku orang hina
Meninggalkan anakku jatuh ke lembah hitam
Tanpa ku sadari aku lari darinya
Aku tak tahu bagaimana dia sekarang
Nak, di mana kamu?
Aku akan mencari mu sampai kapan pun
Dan, kalimat pertama ku untukmu
“Maafkan aku!”
                “Apa ini?” Till bertanya pada Bibi Hauna
                “Itu bukan apa-apa Till”
                “Tapi bibi,ini boleh ku baca kan?”
                “Jangan!” sambil menarik secarik kertas dari tangan Till.
                “Ada apa Till?” Tanya Yuuza
                “Tadi, sebelum kita berjalan agak jauh, aku menemukan secarik kertas. Aku tanyakan pada ibumu, apa boleh ku baca? tapi tidak di bolehkan, malah di buang.”
                “Aneh, apa ya isi kertas itu tadi Till?”
                “Sudahlah Yuuza, itu tidak penting.”
                “Baiklah!”
                Kami pun melanjutkan perjalanan, tanpa memperdulikan isi surat tadi, aku langsung saja berjalan mengikuti Yuuza dan bibi Hauna. Tapi, bagaimanapun juga, kadang kejadian tadi melintas di fikiranku. Kami dari suku Suaru, kami berjalan mencari kota besar di Mesir. Setelah, kami menemukan Kota Eden, dan sebelumnya, meninggalkan kakak dari Yuuza. Aku sangat sedih, ketika ia tertimbun badai pasir. Itulah, pengalamanku dan tantangan melawan orang di suku Pauro, sampai akhirnya mengetahui jika Ketua suku tersebut kakak Yuuza.
                “Hei Till! Kau melamun?”
                “Eh, bukan, aku bukan melamun”
               

“Terus, kau sedang apa?”
                “Merenung”

                “Itu sama saja Till!! >,<
                “Baiklah jika itu maumu!”
                “Hei, kau marah?”
                “Apa?”
                “Yuuza! Jangan ganggu dia!” terdengar bibi Hauna menegur Yuuza
                “Tidak bu!”
                “Yuuza, kau nggak capek apa?”
                “Ah, ini sudah biasa.”
                Padang pasir, hewan, musuh, perampok, bencana, kami lalui begitu saja. Walaupun itu terlihat sakit bagi tubuh kami, tapi kami tak akan menyerah untuk mencari kota. Dan akhirnya aku bias segera menikah dengan Yuuza.
                Tepat di suatu oasis, kami berhenti sejenak untuk mencari makanan dan minuman, serta untuk persiapan tidur.
                “Uhk . . . . uhk. . . . . . tolong.”
                Terdengar suara orang minta tolong dengan nada yang sangat pelan. Sepertinya orang itu kesakitan. Akhirnya, aku saja yang menolong.
                “Gyle! Ternyata kamu!”
                “Ha? Till, kau di sini? Mana Ibu dan Yuuza?”
                “Ayo, ikut aku,”
                Beberapa saat kemudian, aku beranjak dan menuntun Gyle dan membawanya ke Bibi Hauna juga Yuuza.
                “Bibi! Yuuza! Aku temukan Gyle di pojok danau itu, dia sepertinya terluka, tolong bantu aku Yuuza!”
               

“Cukup Till! Biarkan dia, jangan di tolong, biar aku dan dia mati di sini, sekarang kau dan Yuuza cepat pergi, tinggalkan kami. Aku ingin menebus dosaku!”
                “Ibu! Apa yang kau katakan? Cukup Ibu, cukup!” teriak Yuuza sekeras mungkin.
                “Yuuza, aku orang hina Yuuza,” bibi hauna tiba-tiba saja menitikkan air mata.
                Antara bibi Hauna dan Yuuza tidak ada yang bicara sama sekali. Sampai larut malam tiba, Gyle tidur dengan Yuuza sementara aku dengan Bibi Hauna. Berbekal daun pisang dan ranting, kami tidur dengan tenang.
                Tiba-tiba saja, aku mendengar suara orang berjalan mendekati ku.
                “Trang!”
                “I . . itu kan, suara pedang?”
                Gumamku, sambil memastikan ada musuh yang mendekat.
                Aku mengendap-endap dan ternyata, seorang laki-laki membawa 10 anak buah yang berbadan besar. Aku tidak tahu itu siapa. Ku bangunkan bibi Hauna,
                “Bibi, ada yang datang!”
                “Ah! Mana Till?” bibi Hauna langsung beranjak dari tempat tidurnya.
                “Itu bibi,”
                “I . . . Itu . . . !”
                “Siapa bibi? Bibi kenal dengan dia?”
                “Oh, tidak, bibi nggak kenal.”
                “Baiklah,”
                “Hei Till, bangunkan Yuuza dan Gyle. Suruh dia mempersiapkan kekuatan, kita akan bertemper dengan mereka,”
                “Baik bibi.”
                Aku pun beranjak dari tempatku dan ke tempat Yuuza dan Gyle.
                “Gyle, Yuuza, ada musuh datang, Ibu menyuruh kalian mempersiapkan kekuatan. Kita akan bertempur dengan mereka.”
               

“Eh, ya, ok baiklah!”
                Jawab Yuuza pelan.
                “Hei, kau! Beraninya menggangu tidur kami!” geretak Yuuza.
                “Haha . . .  anak muda, justru kalian yang mengganggu kami. Ini oasis milik kami, kenapa kalian di sini?”
                “Kenapa? Memang tidak boleh?”
                “Jelas tidak, ini milikku!”
                “Cepat lari Till, biar aku dan Yuuza yang menangani semua ini!” bisik Gyle kepadaku.
                “Baik Gyle, jaga Yuuza!”
                “Dan kau, jaga Ibu ya!”
                “Baik!”
                Aku segera berlari meninggalkan mereka. Aku tahu, Gyle dan Yuuza pandai dalam bertarung, tapi apa mereka bisa selamat dengan musuh yang seperti itu?
                Di tengah pelarian ku, aku bertemu bibi Hauna.
                “Bibi, kenapa di sini?” aku bertanya seperti itu karena dia ada di sebuah singgasana raja, aku juga kaget karena pakaian bibi Hauna mendadak rapi dan indah.
                “Till, di mana Gyle dan Yuuza?”
                “Ayo ikut aku bibi!”
                Sambil mengenda-endap kami mengintip keadaan Gyle dan Yuuza. Tapi tiba-tiba, bibi Hauna berlari ke arah ketua suku tersebut.
                “Hentikan Eddy!”
                “Apa yang kau lakukan Hauna? Kau pasti senang melihat ku beradu dengan anak-anak kita!”
                “Anak?” gumam Yuuza.
                “Tunngu!” teriak Bibi Hauna kepada Eddy.
               


“Anak-anak, ini ayah kalian. Gyle, sebenarnya ayahmu masih hidup, namun dia menyerahkan tahta Pauro padamu kan? Tapi dia langsung minggat begitu saja.”
                “Iya bu, dan saat itu aku kehilangan 1 orang lagi.”
                “Baiklah, kalian lanjutkan perjalanan, biar aku dan ayah di sini untuk menetap, carilah kota, kami akan merestui hubungan Yuuza dan Till, segeralah menikah!”
                Kami di bawa sebuah kereta kencana milik ayah Yuuza.

                “Ibu!!!!” teriak Yuuza dari dalam kereta
                Akhirnya, kami mencari kehidupan di kota, mencari pekerjaan, dan akhirnya aku dan Yuuza menikah. Gyle juga mencari pendamping dari kota yang kami singgahi.


               



                

Entri Populer

like BOX